1. Dalam
pembahasan perilaku orginasasi/konsumen ada beberapa teori tentang motivasi,
salah satu adalah teori kebutuhan Maslow, dalam konteks
organisasi/PNS/perusahaan, dimana memiliki kinerja paling rendah pada tingkat
kebutuhan tertentu mereka masih kurang terpuaskan sehingga mereka memiliki
kinerja yang rendah. Setujukan saudara atas pernyataan tersebut, berikan
alasan/ uraian saudara dan berikan contohnya
Jawaban
:
1. Setuju
karena didalam teori kebutuhan Maslow sudah dijelaskan bahwa dimana variasi
kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang.
Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah
(relatif) terpuaskan (tabel 1) menyajikan secara ringkas empat jenjang basic
need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs.
Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya ; kebutuhan pada tingkat yang
lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi
oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus
terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan
fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman.
Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan
kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan baru akan
muncul kebutuhan meta.
·
Kebutuhan Dasar 1 :
Kebutuhan
Fisiologis
Umumnya
kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur
fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat
dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut
(kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan Kebutuhan
Fisiologis orang mencurahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
·
Kebutuhan Dasar 2 :
Kebutuhan
Keamanan (Safety) Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul
kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada
dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah
pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka
panjang.
·
Kebutuhan Dasar 3 :
Kebutuhan
Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love) Sesudah kebutuhan fisiologis dari
keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari
kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau
kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup. Ada dua
jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love.
Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat
dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama
atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya.
D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada
memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa
keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki,
tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif,
penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk
berkembang.
·
Kebutuhan Dasar 4 :
Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem) Ketika
kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri : 1. Menghargai
diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi,
prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
2. Mendapat penghargaan dari orang lain
(respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status,
Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan Dimiliki dan Cinta Kebutuhan Keamanan Teori
Abraham Maslow Halaman 5 ketenaran, dominasi, menjadi orang penting,
kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya
dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
·
Kebutuhan Dasar Meta :
Kebutuhan Aktualisasi Diri Akhirnya sesudah
semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya
secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah
keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi
potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi
manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain
bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu
Contoh dalam organisasi / PNS / perusahaan
Seorang karyawan, jika sudah memenuhi kebutuhan hirarki
maslow dari kebutuhan fisiologis, seperti membangun rumah tangganya dengan
hasil gaji yang di capai, merasa aman dan nyaman dengan perusahaan yang disana
ia meniti karirnya, hingga kebutuhan self esteem (harga diri/pengakuan diri)
yang dalam arti karyawan tersebut sudah tercatat sebagai karyawan yang bisa
naik jabatan atau dipromosikan mengisi kursi manajer, kemudian mengaktualisasi
dirinya dengan mengikuti seminar-seminar yang membangun jiwa kepemimpinannya,
hingga ketika ia mendapatkan prestise sebagai manajer, kemudian ia melakukan
aktualisasi lebih lanjut dengan memberi motivasi terhadap bawahannya.
2. Dalam
pembahasan mata kuliah perilaku organisasi/konsumen tentang konflik didalam
organisasi. Secara umum dipahami bahwa konflik individu maupun konflik kelompok
seringkali menimbulkan masalah. Namun demikian apabila ditelaah lebih lanjut
juga dapat membawa/memberikan manfaat yang baik (positif) bagi organisasi,
terutama bagi para manager dalam jangka pengambilan keputusan yang tepat.
Jelaskan pendapat saudara mengenai manfaat apa yang terjadi didalam konflik
terutama bagi para manager. Berikan solusinya dan contoh konkritnya.
Jawaban
:
Manfaat
yang terjadi di dalam konflik terutama bagi para manager adalah para manager
dapat membaca situasi saat terjadi konflik. Para manager dapat lebih tanggap
dalam menaggapi masalah dan dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
kebaikan organisasi tersebut.
Solusi
:
1.
Membentuk
suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam
komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman
melaluiloudspeaker.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di perhatikan.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus di perhatikan.
Contohnya
:
JAKARTA,
SENIN — Terhambatnya
pembangunan di daerah-daerah perbatasan antara lain merupakan buntut dari
persoalan konflik internal di daerah tersebut. Akibatnya, pembangunan
perbatasan masih belum bisa mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.
Hal tersebut dikatakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie di sela-selaseminar "Masalah Pembangunan di Perbatasan: Upaya Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" di LIPI Jakarta, Senin (16/2). "Level paradigma penanganan persoalan konflik di perbatasan harus diganti dengan pembangunan kesejahteraan wilayahnya," ungkap Umar.
Menurutnya, banyaknya warga miskin di daerah tertinggal menjadi masalah yang ironi. Sebab, ketertinggalan itu justru memicu persoalan lain, seperti masalah sosial, keamanan, serta masalah kebangsaan.
Selain itu, lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal masih belum jernih sehingga penundaan lebih kerap terjadi. "Ditambah lagi permasalahan warisan yang ditinggalkan penjajahan yang mengakibatkan kemiskinan yang berlarut-larut," tambah Umar.
Perlu penanganan multi disiplin dan kerja sama berbagai pemangku kepentingan, dalam upaya pembangunan daerah tertinggal. Pemerintah dalam satu sisi berfungsi sebagai promotor serta memberi stimulus fiskal, papar Umar. Sedangkan lembaga lainnya bisa masuk dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan masalah upaya pembangunan sumber daya manusia.
Analisis dan solusi:
Berdasarkan artikel yang diambil di harian kompas online diatas dapat dianalisis terjadi konflik internal karena terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan yang mengakibatkan pembangunan perbatasan masih belum bias mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.
Konflik ini dapat terjadi karena lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal masih belum jernih yang mengakibatkan terjadi penundaan dan terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan.
Konflik seperti ini harus cepat diatasi jika dilihat menurut “kacamata” etika bisnis, karena kasus konflik ini merugikan banyak pihak. Khususnya pihak masyarakat sekitar Comoro, Subdistrik Comoro, Dili, Timor Leste.
Menurut saya, solusi untuk kasus konflik seperti ini sebaiknya menggunakan metode Arbitrasi, yaitu adanya peran orang ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah konflik ini.
Peran orang ketiga dalam hal ini bisa berupa lembaga atau instansi lain dari pemerintah yang bertugas untuk mengawasi koordinasi antarinstantsi agar menjadi semakin lebih kuat koordinasinya. Dan mengawasi penyaluran modal agar lebih jernih dan transparan sehingga tidak sering terjadi penundaan yang diakibatkan oleh penyaluran modal.
Hal tersebut dikatakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie di sela-selaseminar "Masalah Pembangunan di Perbatasan: Upaya Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" di LIPI Jakarta, Senin (16/2). "Level paradigma penanganan persoalan konflik di perbatasan harus diganti dengan pembangunan kesejahteraan wilayahnya," ungkap Umar.
Menurutnya, banyaknya warga miskin di daerah tertinggal menjadi masalah yang ironi. Sebab, ketertinggalan itu justru memicu persoalan lain, seperti masalah sosial, keamanan, serta masalah kebangsaan.
Selain itu, lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal masih belum jernih sehingga penundaan lebih kerap terjadi. "Ditambah lagi permasalahan warisan yang ditinggalkan penjajahan yang mengakibatkan kemiskinan yang berlarut-larut," tambah Umar.
Perlu penanganan multi disiplin dan kerja sama berbagai pemangku kepentingan, dalam upaya pembangunan daerah tertinggal. Pemerintah dalam satu sisi berfungsi sebagai promotor serta memberi stimulus fiskal, papar Umar. Sedangkan lembaga lainnya bisa masuk dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan masalah upaya pembangunan sumber daya manusia.
Analisis dan solusi:
Berdasarkan artikel yang diambil di harian kompas online diatas dapat dianalisis terjadi konflik internal karena terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan yang mengakibatkan pembangunan perbatasan masih belum bias mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.
Konflik ini dapat terjadi karena lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal masih belum jernih yang mengakibatkan terjadi penundaan dan terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan.
Konflik seperti ini harus cepat diatasi jika dilihat menurut “kacamata” etika bisnis, karena kasus konflik ini merugikan banyak pihak. Khususnya pihak masyarakat sekitar Comoro, Subdistrik Comoro, Dili, Timor Leste.
Menurut saya, solusi untuk kasus konflik seperti ini sebaiknya menggunakan metode Arbitrasi, yaitu adanya peran orang ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah konflik ini.
Peran orang ketiga dalam hal ini bisa berupa lembaga atau instansi lain dari pemerintah yang bertugas untuk mengawasi koordinasi antarinstantsi agar menjadi semakin lebih kuat koordinasinya. Dan mengawasi penyaluran modal agar lebih jernih dan transparan sehingga tidak sering terjadi penundaan yang diakibatkan oleh penyaluran modal.
Sumber
contoh :