KRITERIA
EVALUASI -
KOTLER : salah
satu aktivitas dalam proses pengambilan keputusan konsumen, memegang peranan
penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen melakukan
aktivitas ini, mereka sedang mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat
pada satu produk dan menilai atribut mana yang lebih penting untuknya yang ia
gunakan sebagai dasar keputusan memilih produk.
Philip kotler menyatakan
“konsumen mempelajari mrek-merek yang tersedia dan cirri-cirinya.
Informasi ini di gunakan untuk mengevaluasi semua alternative yang ada dalam
menentukan keputusan pembeliannya”
SUTISNA : Setidak-tidaknya ada dua
kriteria evaluasi alternatif. Pertama adalah manfaat yang diperoleh dengan
membeli produk. Kedua, kepuasan yang diharapkan.
LOUDON DAN BITTA : lebih menekankan perilaku
konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan individu
untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
KRITERIA EVALUASI DIKEMBANGKAN MELALUI
MODEL-MODEL EVALUASI YANG DIGUNAKAN. EMPAT KELOMPOK PENGEMBANGAN YANG DAPAT
DILAKUKAN, YAKNI:
1. Pendekatan
“Pre-ordinate”
Memiliki dua karakteristik; kriteria pertama
ditetapkan sebelum pelaksanaan evaluasi. kriteria ini bersifat mengikat karena
ditetapkan sebelum evaluator turun ke lapangan. Kriteria kedua, dikembangkan
dan bersumber pada standar tertentu. Seperti pada pandangan teoritik atau
kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
2. Pendekatan
“Fidelity”
Pada dasarnya ada kesamaan prinsip dengan
kedekatan “Pre-ordinate” yakni kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator
turun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Perbedaaan prinsipil pada keduanya
yaitu pada hakekat evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently tidak
menggunakan kriteria yang bersifat umum (universal) sebagaimana tuntutan pendekatan
Pre-Ordinate.
3. Pendekatan gabungan
“Mutual-Adaptive”
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara
pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process. Kriteria yang di gunakan
dikembangkan dari karakteristis program dari luar, seperti berdasarkan
pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari pemakai program.
4. Pendekatan proses
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini
mengembangkan kriteria selama proses evaluasi berlangsung. Kriteria didapat
melalui wawancara, observasi, atau studi dokumentasi. Pendekatan ini
berhubungan erat dengan aplikasi pendekatan kualitatif. Karakteristis yang
menonjol dari pendekatan ini merupakan kriteria yang dipergunakan dikembangkan
selama evaluator di lapangan. Konsekuensinya pendekatan ini terikat dengan
masalah yang dihadapi oleh para pelaksana program di lapangan.
KRITERIA DALAM EVALUASI DIATAS MENGACU PADA :
1. Pedoman
– pedoman tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
2. Persepsi
para pengembang program yang teruji secara teoritis.
3. Pertimbangan
evaluator.
- MENENTUKAN ALTERNATIF
PILIHAN -
Alternatif pilihan dapat muncul dalam
berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin
mempertimbangkan kriteria, keselamatan, kenyamanan, harga, merek, negara asal,
dan juga spek hedonik seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan lain
sebagainya. Beberapa alternatif pilihan yang umum adalah :
1. Harga
Harga menentukan pilihan alternatif. Konsumen
cenderung memilih harga yang murah untuk membeli suatu produk yang ia tahu spesifikasinya.
Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga
merupakan indikator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya
disesuaikan dengan karakteristik produk.
2. Nama merek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam
barang. Nampaknya merek merupakan pengganti dari mutu dan spesifikasi produk.
Ketika konsumen sulit sulit menilai kriteria kualitas produk, kepercayaan pada
merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan
dalam pembelian.
3. Negara asal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi
pertimbangan penting dikalangan konsumen. Negara asal sering mencitrakan
kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas produk
elektronik dari Jepang. Sementara, untuk jam tangan nampaknya buatan Swiss
merupakan produk yang handal tak teragukan.
Setelah konsumen mendapat berbagai macam
informasi, konsumen akan menentukan alternatif yang ada untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya. Setelah kriteria yang akan menjadi alterlatif
pilihan ditentukan barulah konsumen menentukan alternative produk yang menjadi
pilihan.
PEMILIHAN
ALTERNATIF
Pemilihan alternatif dilakukan dengan maksud
mampu memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia baik
untuk umur alternatif yang sama maupun umur yang berbeda dengan metode yang
tepat. Tujuan dalam memilih alternatif adalah untuk mendapatkan keuntungan
ekonomis yang optimal.
DALAM MENYIAPKAN ALTERNATIF, ADA BEBERAPA
PERSYARATAN YAITU ANTARA LAIN :
1. Alternatif
harus bersifat exhausive (lengkap).
2. Alternatif
harus bersifat mutual exclusive (tidak boleh muncul dlm 2 alternatif)
EVALUASI
ALTERNATIF MERUPAKAN SUATU PROSES DIMANA SUATU ALTERNATIF PILIHAN DIEVALUASI
DAN DIPILIH OLEH KONSUMEN. PADA TAHAP EVALUASI KONSUMEN HARUS :
1). Menentukan kriteria yang akan digunakan untuk menilai alternatif,
2). Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan,
3). Menilai kinerja dan alternatif yang dipertimbangkan dan
4). Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir.
- MENAKSIR ALTERNATIF PILIHAN -
TIGA SUDUT PANDANG DALAM MENGANALISIS / MENAKSIR ALTERNATIF PILIHAN KEPUTUSAN KONSUMEN :
1. Sudut Pandang Ekonomis
1). Menentukan kriteria yang akan digunakan untuk menilai alternatif,
2). Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan,
3). Menilai kinerja dan alternatif yang dipertimbangkan dan
4). Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir.
- MENAKSIR ALTERNATIF PILIHAN -
TIGA SUDUT PANDANG DALAM MENGANALISIS / MENAKSIR ALTERNATIF PILIHAN KEPUTUSAN KONSUMEN :
1. Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan
secara rasional, yang mengetahui semua alternatif produk yang tersedia dan
harus mampu membuat peringkat dari setiap alternatif yang ditentukan
dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat
mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik, disebut economic man.
2. Sudut
Pandang Kognitif
Konsumen sebagai kognitif man atau
sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu
mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi
selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau
menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic
man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola
respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan
pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya pada keputusan yang
Menekankan emosi sebagai pendorong memuaskan.
3. Sudut Pandang Emosianal
utama, sehingga konsumen membeli suatu
produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya,
apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli
berdasarkan emosi. Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah
tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan
keputusan yang rasional.
- MENYELEKSI ATURAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN -
KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI YANG DIAMBIL OLEH
PEMBELI ITU SEBENARNYA MERUPAKAN KUMPULAN DARI SEJUMLAH KEPUTUSAN. SETIAP
KEPUTUSAN MEMBELI MEMPUNYAI BEBERAPA KOMPONEN :
1. Keputusan
tentang jenis produk
2. Keputusan
tentang bentuk produk
3. Keputusan
tentang merk
4. Keputusan
tentang penjualnya
5. Keputusan
tentang jumlah produk
6. Keputusan
tentang waktu pembelian
MENURUT
(KOTLER, 2000:204) TAHAP-TAHAP YANG DILEWATI PEMBELI UNTUK MENCAPAI KEPUTUSAN
MEMBELI MELEWATI LIMA TAHAP, YAITU :
a. Pengenalan Masalah
b. Pencarian Informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan Membeli
e. Tingkah laku pasca pembelian.
Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
b.
Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
c.
Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi.
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi.
Pemasar
harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka
mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang
sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi
keputusan membeli.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e.
Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
“Dalam menyeleksi aturan pengambilan
keputusan terdapat suatu hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah
yang paling penting dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat dicapai oleh
produk tersebut agar dapat memuaskan konsumen”
http://windytriana.wordpress.com/2013/11/18/bab-4-evaluasi-alternatif-sebelum-pembelian/
http://gultomhans.wordpress.com/2012/11/11/evaluasi-alternatif-sebelum-pembelian/
http://arfah-sitiarfah.blogspot.com/2011/11/tgs-perilaku-konsumen-2-bab-iv-v-vi.html
http://kusumapandu.blogspot.com/2012/10/menyeleksi-aturan-pengambilan-keputusan.html
No comments:
Post a Comment